
Departemen Keuangan juga melaporkan penerimaan bea cukai bersih pada Juli tahun ini tumbuh menjadi sekitar $27,7 miliar dari sekitar $7,1 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, akibat tarif yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh Trump. Penerimaan ini sebagian besar sejalan dengan peningkatan penerimaan bea cukai pada Juni setelah pertumbuhan yang stabil sejak April.
Padahal, Trump telah menggembar gemborkan miliaran dolar yang mengalir ke kas AS dari pemberlakuan tarif resiprokal kepada mitra dagang dari banyak negara. Tetapi, bea masuk tersebut dibayarkan oleh perusahaan yang mengimpor barang, dengan beberapa biaya seringkali dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
Data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Selasa menunjukkan kenaikan harga untuk beberapa barang yang sensitif terhadap tarif seperti furnitur, alas kaki, dan suku cadang mobil. Meskipun kenaikan komoditi tersebut diimbangi oleh harga BBM yang lebih rendah dalam indeks keseluruhan.
Diungkapkan Departemen Keuangan AS, selama 10 bulan pertama tahun fiskal ini, total bea cukai mencapai $135,7 miliar, naik $73 miliar, atau 116 persen, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Keuangan AS Bessent mengutarakan dalam program “Kudlow” di Fox Business Network bahwa peningkatan pendapatan tarif AS akan menyulitkan Mahkamah Agung untuk menolak pajak impor Trump, jika gugatan hukum terhadapnya diajukan ke pengadilan tertinggi negara tersebut.
Sementara Direktur Lab Anggaran University Yale bidang ekonomi makro, Ken Matheny, mengatakan, belum jelas seberapa besar peningkatan pendapatan tarif bulanan AS selanjutnya, tetapi tarif yang diterapkan, diukur dengan bea masuk dibagi nilai impor barang, masih sekitar 10 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata tarif saat ini yang sekitar 18 persen berdasarkan pengumuman terbaru. (Rif)