
Jakarta,corebusiness.co.id-Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, baru-baru ini menyatakan sektor bisnis dan tingkat ekonomi rumah tangga di AS mengalami penurunan efek dari tarif baru Presiden Donald Trump. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan turun signifikan di bawah tingkat tren, dan pengangguran meningkat hingga tahun depan.
Dalam sebuah wawancara dengan media di AS, Musalem menyampaikan kebijakan tarif baru Presiden Trump juga berdampak terhadap perekonomian di AS. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan menurun jauh di bawah tren. Sebelumnya, tren pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan sekitar 2 persen.
Musalem mengungkap, saat ini risiko dua arah muncul. Dia mencatat, tarif yang lebih tinggi dari yang diharapkan akan memberikan tekanan ke atas pada harga. Pada saat yang sama, menurunnya kepercayaan dan penurunan tajam di pasar saham telah memengaruhi ekonomi rumah tangga, sehingga membatasi pengeluaran.
“Semua faktor ini digabungkan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di AS,” kata Musalem seperti dikutip Shanghai Metal Market, Kamis (10/4/2025).
Musalem, yang memiliki hak suara pada kebijakan moneter di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tahun ini, menyatakan bahwa respons kebijakan moneter akan bergantung pada perubahan inflasi dan pengangguran dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini bergantung dari dampak tarif terhadap harga bersifat berkelanjutan atau sementara waktu, dan apakah ekspektasi inflasi tetap selaras dengan target bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) sebesar 2 persen.
“Ekspektasi inflasi yang terjangkar merupakan syarat yang diperlukan bagi Fed AS untuk mencapai target 2 persen. Tetapi, faktor pendukung itu tidak cukup. Sekarang, tujuan kita menghadapi ketidakseimbangan,” katanya, mengacu pada dua tujuan untuk mempertahankan pengangguran yang rendah dan inflasi yang stabil.
Musalem mengambil sikap untuk memantau secara ketat kedua risiko utama ini ke depannya. Menurutnya, selama ekspektasi inflasi tetap terkendali, Fed AS akan mempertahankan pendekatan yang “seimbang”.
Sebagian ekonom AS berpendapat bahwa dampak tarif terhadap inflasi mungkin hanya terjadi sekali. Dengan demikian, bank sentral secara teoritis dapat “memilih untuk mengabaikannya” saat merumuskan kebijakan. Namun, Musalem percaya bahwa pendekatan ini “sangat berisiko.”
Demikian pula, jika kondisi keuangan dan perubahan ekonomi rumah tangga bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama, hal itu juga dapat berdampak lebih mendalam pada ekonomi.
Sementara itu, pejabat Fed AS semakin khawatir bahwa tarif baru Trump, ditambah dengan tindakan balasan dari negara lain, dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih bertahan, sehingga memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang melambat dapat menyebabkan meningkatnya pengangguran. Jika kondisinya semakin terpuruk, Fed AS akan cenderung melonggarkan kebijakannya.
Musalem menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di AS belum mengindikasikan rencana untuk melakukan PHK, tetapi berhati-hati tentang perekrutan dan investasi modal di masa mendatang.
“Kami belum mendengar tentang PHK. Yang kami dengar perusahaan memilih sikap wait and see,” imbuhnya.
Musalem mengutarakan, bahkan sebelum tarif diberlakukan, dirinya telah meramalkan bahwa tingkat pengangguran akan meningkat secara bertahap, tetapi masih dalam kisaran kesempatan kerja penuh. Kondisinya saat ini, risiko pengangguran telah meningkat.
Musalem menyatakan, “Saya melihat ketidakpastian yang tinggi. Saya melihat menurunnya kepercayaan di antara perusahaan dan rumah tangga, dan terus menurun. Saya melihat tarif secara substansial telah mendorong kenaikan harga, mengurangi pendapatan riil bagi individu dan perusahaan, dan saya juga melihat tindakan pembalasan dari mitra dagang. Semua ini berarti risiko penurunan pertumbuhan dan risiko kenaikan inflasi.”
Mengenai volatilitas pasar baru-baru ini, Musalem mengatakan bahwa ia memantau berbagai indikator pasar keuangan dan meyakini bahwa kondisi keuangan telah menguat. Dia juga memandang dinamika terkini di pasar saham dan obligasi sebagai penyesuaian harga alami imbas dari risiko pertumbuhan global.
Musalem bahkan tidak yakin pasar tidak berfungsi. Meskipun volatilitas semakin meningkat, baik dalam nilai tukar, pendapatan tetap, saham, obligasi korporasi, komoditas, harga bergerak tajam dan tidak teratur, tetapi dirinya belum melihat adanya masalah dengan fungsionalitas pasar. (Rif)