
Protes bulan Agustus dipicu oleh kemarahan atas tunjangan yang diberikan kepada politisi, dengan setiap anggota DPR juga berhak atas tambahan Rp 100 juta per bulan untuk perumahan dan tunjangan lainnya.
Setelah kerusuhan, beberapa tunjangan dihapuskan, sehingga totalnya menjadi Rp 65,5 juta.
“Meskipun Indonesia yang kaya komoditas merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan anggota G20, Bank Dunia mengatakan puluhan juta rakyat Indonesia masih hidup dalam kemiskinan,” tulis Reuters.
Dasco membela kenaikan tersebut, dengan mengatakan tunjangan terakhir didasarkan pada periode 2019-2024 dan tidak memperhitungkan kenaikan harga bahan pangan pokok dan biaya transportasi setelahnya.
“Jadi ini bukan kenaikan, melainkan kebijakan yang diputuskan oleh Sekretariat DPR setelah mempertimbangkan berbagai aspek,” ujar Dasco, seraya menambahkan bahwa angka tersebut bukan diusulkan oleh DPR, melainkan oleh Sekretariat DPR.
Dasco, yang juga merupakan politisi senior di Partai Gerindra pimpinan Presiden Prabowo Subianto, mengatakan bahwa DPR sedang mengembangkan mekanisme pelaporan digital untuk memastikan transparansi, yang akan terbuka untuk publik. (Rif)