160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

ThorCon Power Indonesia Lirik 100 Persen Uranium untuk Energi Listrik Nuklir

Maket Proyek PLTN ThorCon Power Indonesia di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung. Foto: corebusiness.co.id
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-ThorCon Power Indonesia semula mendesain menggunakan thorium untuk bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang akan dibangun di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Belakangan, perusahaan nuklir ini mengubah konsep akan menggunakan 100 persen uranium. Apa pasal?

Setelah menunggu hampir 2 minggu, corebusiness.co.id dipersilakan datang ke PT ThorCon Power Indonesia pada Rabu, 23 Oktober 2024, pukul 09.00 WIB untuk dilaksanakan wawancara dengan Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi.  PT ThorCon Power Indonesia adalah satu-satunya perusahaan nuklir yang beroperasi di Indonesia sejak 2018 di Jakarta. ThorCon tengah ancang-ancang membangun Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia dengan anggaran Rp 17 triliun non-APBN.

Target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 di Indonesia, pemerintah “memaksa” penggunaan energi ramah lingkungan untuk mengurangi dekarbonisasi. Wacana yang berkembang di media massa ThorCon akan menggunakan thorium sebagai bahan baku energi PLTN. Bahkan, Bob S. Effendi sendiri telah mengemukakan rencana ThorCon memproduksi listrik berbasis nuklir dari thorium.

“Semula ThorCon mendesain thorium untuk bahan baku reaktor nuklir. Kenapa thorium? Ada beberapa hal. Thorium memiliki keekonomian neutron. Ketika thorium terjadi pembelahan, jumlah ion neutronnya jauh lebih banyak dibandingkan uranium,” kata Bob S. Effendi.

750 x 100 PASANG IKLAN

Namun, berdasarkan hasil studi dan penelitian ThorCon, thorium sebenarnya tidak mengalami fisi (pelepasan gas). Yang mengalami fisi adalah anaknya thorium. Ketika thorium dihantam oleh neutron melahirkan banyak anak. Anak-anaknya ini adalah Uranium-233.

“Jadi, sebenarnya yang fisi adalah Uranium-233,” jelas Bob.

Indonesia mempunyai banyak kandungan dan potensi thorium dan uranium, hanya saja logam radio aktif yang terdapat di kerak bumi ini belum masuk dalam tahapan pemurnian dan pengayaan. Memandang masih ada proses lanjutan untuk pemenuhan thorium, ThorCon mencoba menjajaki pembelian thorium dari Rusia. Langkah ini sambil menunggu, kelak sudah ada pabrik pemurnian thorium dan pengayaan uranium di Indonesia.

“Membangun pabrik pemurnian thorium dan pengayaan uranium butuh studi, eksperimen, dan pengembangan, dan membutuhkan waktu lama,” ucap pria berkacamata ini.

750 x 100 PASANG IKLAN

Rencana ThorCon ingin membeli thorium dari Rusia mengalami kendala, lantaran negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin ini tengah menginvansi Ukraina. Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa menuding Rusia sebagai penjahat perang karena menyerang Ukraina. AS mendesak negara-negara Eropa sepakat memboikot dengan menghentikan pengiriman produk-produk Rusia.

“Karena Amerika Serikat tidak mengizikan produk dan komoditas Rusia ke beberapa negara, ThorCon tidak melanjutkan rencana membeli thorium dari Rusia.  Rencananya, ThorCon akan menggunakan 100 persen uranium, tidak memakai thorium untuk PLTN,” tutur Bob.

Untuk pemenuhan bahan baku uranium, ThorCon menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam pembuatan laboratorium untuk pengembangan bahan bakar. ThorCon juga membangun diskusi dengan Mining Industry Indonesia (MIND-ID)— BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia–untuk penjajakan penyediaan bahan bakar PLTN. Komunisasi yang dibangun ThorCon ke MIND-ID terkait wacana sekiranya pemerintah melalui BUMN ingin membangun pabrik pemurnian thorium dan pengayaan uranium.

Menurut Bob, dampak sisa pemakaian thorium untuk reaktor nuklir tidak terlalu lama menjadi limbah.  Beda bila menggunakan 100 persen uranium,  skala masa dampak imbahnya bisa ratusan tahun.

“Untuk penanganan limbah ThorCon akan menjalin kerja sama dengan pemerintah, nanti uangnya dari ThorCon. Bagi negara, memang lebih efisien jika PLTN menggunakan thorium. Dari sisi biaya, tidak ada bedanya, reaktor yang menggunakan thorium atau uranium biayanya sama saja,” tukasnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Proyek PLTN Basis Molten Salt Reactor

PT ThorCon Power Indonesia sudah menyiapkan pelaksanaan proyek PLTN berbasis  Molten Salt Reactor 2 x 250 MW (“TMSR500 atau Kelas-1). Rencana proyek PLTN akan dibangun di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, dan digadang-gadang sebagai calon PLTN pertama di Indonesia.

Bob menyampaikan progres  pembangunan PLTN tersebut. Sejak tahun 2023 ThorCon telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dewan Energi Nasional (DEN). Bunyi MoU tersebut: DEN sepakat untuk membuat proposal bersama ke pemerintah mengenai pengajuan  pembangunan PLTN pertama di Indonesia.

Proposal tersebut sudah dirampungkan pada Agustus 2023, dan saat ini masih berada di DEN. ThorCon juga sudah mengirim surat kepada Menteri ESDM dan Dirut PLN untuk memasukkan Pulau Gelasa sebagai salah satu tapak dan dimasukkan dalam Rancangan Undang-Undang Pembangkit Tenaga Listrik (RUU PTL).

Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi menunjukkan posisi proyek PLTN ThorCon di Pulau Gelasa, Bangka Tengah, Bangka Belitung.

“Karena, kalau tidak masuk RUU PTL tidak tidak akan ada proyek pembangunan PLTN. Jadi, tidak ada artinya,” tukas Bob.

Soal pilihan tapak PLTN di Pulau Gelasa, Bob menerangkan,  pulau ini letaknya 32 kilometer dari Pulau Bangka. Pulau terpencil, tanpa ada penduduk.  Karena jaraknya yang jauh, ThorCon mengestimasi perlu mengeluarkan biaya lebih untuk pembangunan PLTN dii pulau itu. Dia menyebut, untuk membangun tansmisi TMSR500 dibutuhkan biaya lebih dari Rp 2 triliun.

“ThorCon sadar, ada keresahan masyarakat dengan rencana pembangunan PLTN di Pulau Gelasa. Berdasarkan hasil survei kami, mayoritas masyarakat di Bangka Belitung mendukung, namun mereka tetap gelisah. Kita tidak mau masyarakat gelisah. Ternyata, setelah kita survei dan melakukan sosialisasi, masyarakat bisa menerima dan merasa tenang jika lokasi PLTN jauh dari pemukiman penduduk,” urainya.

Meski tak menghendaki musibah seperti dialami PLTN di Fukushima, Jepang, yang evacuation zones cuma 20 KM, sementara PLTN ThorCon di Pulau Gelasa jaraknya lebih jauh dari Pulau Bangka, 32 KM.

“ThorCon sejak awal merancang PLTN dibangun di daerah terpencil, bukan di daratan. Informasinya, beberapa perusahaan nuklir ingin membangun PLTN di daratan. ThorCon sadar, misalnya ada demo mungkin saja pemerintah tidak bisa menanganinya,” imbuhnya.

ThorCon lebih memilih mengeluarkan kocek lebih mahal, sehingga aktivitas proyeK PLTN berjalan lancar.  Bob bahkan yakin setelah proyek pertama PLTN di Pulau Gelasa terbukti, teruji, kemudian beroperasi, tahap selanjutnya ThorCon akan membangun PLTN di kawasan pantai.

Dari pihak yang all out mendukung rencana ThorCon adalah DEN. Sementara surat yang telah dikirim ke Menteri ESDM dan Dirut PLN hingga saat ini belum ada respon. Bob menduga, mungkin masih menunggu berjalannya pemerintahan Kabinet Presiden Prabowo Subianto.

“Saya menduga ada respon positif. Karena, sebelumnya Prabowo Subianto kerap menyinggung soal nuklir. Menurut pandangan banyak orang, Prabowo ingin semua perangkat PLTN sudah ada di Indonesia. Kalau unit-unit PLTN sudah ada di Indonesia, yang bisa scedul cepat hanya ThorCon,” klaim Bob.

Perusahaan nuklir lain, dinilai Bob, mungkin bisa waktu sepuluh tahun mendatangkan barangnya ke Indonesia. Sementara ThorCon sudah beroperasi di Indonesia selama 10 tahun sudah melakukan studi dan kajian.

“Jadi, proposal yang disampaikan ke DEN adalah kompilasi dari studi-studi dan kajian yang sudah kita lakukan selama 3 sampai 4 tahun terakhir,” sebutnya.

Ia mengutarakan, perusahaan nuklir lain yang mau masuk ke Indonesia, mereka juga harus membuat studi-studi yang sama.  Untuk tahapan ini, ThorCon sudah lebih awal melakukannya. Diperkirakan, Jika perusahaan-perusahaan nuklir dari negara lain ingin membangun PLTN, baru bisa dilaksanakan antara tahun 2028 atau 2030.

By the time, Prabowo habis masa jabatannya sebagai Presiden, barangnya belum ada di Indonesia. Kalau mau ada barangnya, apakah statusnya baru dibangun yang sudah siap adalah ThorCon,” tegasnya.

Target ThorCon, unit tersebut sudah didatangkan tahun 2028 ke Indonesia. ThorCon bahkan ingin membuat sejarah bagi Indonesia, dengan menargetkan PLTN-nya sudah bisa melakukan reaksi berantai nuklir pada 17 Agustus 2029.  Ketika terjadi reaksi berantai nuklir pertama, akan mengubah sejarah Indonesia. Indonesia sedang menuju negara nuclear power. Sehingga membuat suatu lompatan kuantum dalam peradaban Indonesia.

Tekanan air versus Garam Cair

Bob lantas menyebutkan kelebihan reaktor generasi ke-4 PLTN berbasis Molten Salt Reactor 2 x 250 MW. Pertama, biayanya lebih murah. Karena, reaktor itu tidak bertekanan, sehingga memunculkan dua konsekuensi, yaitu  reaktor ini bisa memakai baja yang biasa dipakai kapal-kapal di industri perkapalan, sehingga cost-nya lebih murah. Di sisi lain, karena temperaturnya tinggi, maka reaktor itu tidak mesti diberikan tekanan.

Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi

Bob membandingkan reaktor-reaktor komersial yang sudah dibangun di negara lain cost-nya mahal. Karena, ketebalan bajanya luar biasa. Reaktor ini menggunakan air sebagai pendingin. Air itu mendidih di titik 100 derajat celcius, sehingga sudah bisa menggerakkan turbin. Karena itu, tekanan reaktor itu harus dinaikkan, tujuannya untuk menaikkan titik didih air menjadi 350 dejarat celcius.

PLTN yang akan dibangun ThorCon menggunakan garam cair untuk mendinginkan reaktor. Garam ketika dicairkan lalu memunculkan uap, membutuhkan titik didih 1.400 derajat celcius. Volume tekanan itu bisa dioperasikan pada posisi antara 500 sampai 700 derajat celcius, sehingga bisa menggerakkan turbin dari batubara.

Kedua, lanjutnya, karena tekanannya rendah, maka ketebalan baja di reaktor lebih rendah. Karena, tekanan di dalam reaktor seperti tekanan keran-keran air yang biasa digunakan di rumah.

“Keunggulan lainnya, kejadian PLTN di Fukushima tidak mungkin terjadi. Karena daya tekanannya rendah. Selain itu cost-nya murah. Harga jual listrik ke PLN Rp 1.000 per kWh atau di bawah 7 cent. Sementara harga jual PLTN berbasis air antara 12 cent sampai 13 cent per kWh,” jelasnya.

Reaktor nuklir ThorCon akan diletakkan di atas kapal, sehingga bisa ditempatkan secara cepat di berbagai lokasi. Mobilitasnya tinggi. Reaktor ini bisa naik turun mengikuti baseload (beban listrik dasar).

ThorCon mengklaim PLTN-nya bisa bright star. Maksudnya, jelas Bob, ketika pembangkit listrik menyalurkan listrik harus ada klasifikasi tegangan. Jika tidak ada tegangan, pembangkit listrik itu tidak bisa mengirim daya listrik ke transmisi di wilayah lain. Kemampuan bright star di mana pembangkit listrik itu terlebih dulu mengirim tegangan, sehingga daya listriknya bisa diterima transmisi lainnya.

“Pembankit listrik ThorCon didesign punya kemampuan bright star. Kami mengibaratkan  ThorCon adalah perusahaan pembangkit listrik yang paling terakhir jatuh, dan paling pertama bangkit,” pungkasnya. (Syarif)

 

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Core Business

Bincang Kepo

Promo Tutup Yuk, Subscribe !