“Saya menduga ada respon positif. Karena, sebelumnya Prabowo Subianto kerap menyinggung soal nuklir. Menurut pandangan banyak orang, Prabowo ingin semua perangkat PLTN sudah ada di Indonesia. Kalau unit-unit PLTN sudah ada di Indonesia, yang bisa scedul cepat hanya ThorCon,” klaim Bob.
Perusahaan nuklir lain, dinilai Bob, mungkin bisa waktu sepuluh tahun mendatangkan barangnya ke Indonesia. Sementara ThorCon sudah beroperasi di Indonesia selama 10 tahun sudah melakukan studi dan kajian.
“Jadi, proposal yang disampaikan ke DEN adalah kompilasi dari studi-studi dan kajian yang sudah kita lakukan selama 3 sampai 4 tahun terakhir,” sebutnya.
Ia mengutarakan, perusahaan nuklir lain yang mau masuk ke Indonesia, mereka juga harus membuat studi-studi yang sama. Untuk tahapan ini, ThorCon sudah lebih awal melakukannya. Diperkirakan, Jika perusahaan-perusahaan nuklir dari negara lain ingin membangun PLTN, baru bisa dilaksanakan antara tahun 2028 atau 2030.
“By the time, Prabowo habis masa jabatannya sebagai Presiden, barangnya belum ada di Indonesia. Kalau mau ada barangnya, apakah statusnya baru dibangun yang sudah siap adalah ThorCon,” tegasnya.
Target ThorCon, unit tersebut sudah didatangkan tahun 2028 ke Indonesia. ThorCon bahkan ingin membuat sejarah bagi Indonesia, dengan menargetkan PLTN-nya sudah bisa melakukan reaksi berantai nuklir pada 17 Agustus 2029. Ketika terjadi reaksi berantai nuklir pertama, akan mengubah sejarah Indonesia. Indonesia sedang menuju negara nuclear power. Sehingga membuat suatu lompatan kuantum dalam peradaban Indonesia.
Tekanan air versus Garam Cair
Bob lantas menyebutkan kelebihan reaktor generasi ke-4 PLTN berbasis Molten Salt Reactor 2 x 250 MW. Pertama, biayanya lebih murah. Karena, reaktor itu tidak bertekanan, sehingga memunculkan dua konsekuensi, yaitu reaktor ini bisa memakai baja yang biasa dipakai kapal-kapal di industri perkapalan, sehingga cost-nya lebih murah. Di sisi lain, karena temperaturnya tinggi, maka reaktor itu tidak mesti diberikan tekanan.
Bob membandingkan reaktor-reaktor komersial yang sudah dibangun di negara lain cost-nya mahal. Karena, ketebalan bajanya luar biasa. Reaktor ini menggunakan air sebagai pendingin. Air itu mendidih di titik 100 derajat celcius, sehingga sudah bisa menggerakkan turbin. Karena itu, tekanan reaktor itu harus dinaikkan, tujuannya untuk menaikkan titik didih air menjadi 350 dejarat celcius.
PLTN yang akan dibangun ThorCon menggunakan garam cair untuk mendinginkan reaktor. Garam ketika dicairkan lalu memunculkan uap, membutuhkan titik didih 1.400 derajat celcius. Volume tekanan itu bisa dioperasikan pada posisi antara 500 sampai 700 derajat celcius, sehingga bisa menggerakkan turbin dari batubara.
Kedua, lanjutnya, karena tekanannya rendah, maka ketebalan baja di reaktor lebih rendah. Karena, tekanan di dalam reaktor seperti tekanan keran-keran air yang biasa digunakan di rumah.
“Keunggulan lainnya, kejadian PLTN di Fukushima tidak mungkin terjadi. Karena daya tekanannya rendah. Selain itu cost-nya murah. Harga jual listrik ke PLN Rp 1.000 per kWh atau di bawah 7 cent. Sementara harga jual PLTN berbasis air antara 12 cent sampai 13 cent per kWh,” jelasnya.
Reaktor nuklir ThorCon akan diletakkan di atas kapal, sehingga bisa ditempatkan secara cepat di berbagai lokasi. Mobilitasnya tinggi. Reaktor ini bisa naik turun mengikuti baseload (beban listrik dasar).
ThorCon mengklaim PLTN-nya bisa bright star. Maksudnya, jelas Bob, ketika pembangkit listrik menyalurkan listrik harus ada klasifikasi tegangan. Jika tidak ada tegangan, pembangkit listrik itu tidak bisa mengirim daya listrik ke transmisi di wilayah lain. Kemampuan bright star di mana pembangkit listrik itu terlebih dulu mengirim tegangan, sehingga daya listriknya bisa diterima transmisi lainnya.
“Pembankit listrik ThorCon didesign punya kemampuan bright star. Kami mengibaratkan ThorCon adalah perusahaan pembangkit listrik yang paling terakhir jatuh, dan paling pertama bangkit,” pungkasnya. (Syarif)