160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Noor Arifin Urai Tren Produksi Minyak dan Gas Bumi

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad.
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id– Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Noor Arifin Muhammad mengatakan Program 4A dan Ketahanan Energi Nasional menjadi backbone maupun cita-cita dalam pembangunan energi Kementerian ESDM.

Hal itu disampaikan Noor Arifin sebagai pembicara utama Future Gas Economy 2025 dengan tema “Stengthening The National CNG & LNG Framework” yang diselenggarakan Aspebindo dan APLCNGI, di Jakarta, Selasa (18/11/2025).

Noor Arifin menyampaikan, Kementerian ESDM di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia fokus untuk terus menjaga 4A Ketahanan Energi Nasional yaitu Availability, ketersediaan energi dan sumber energi baik dari dalam negeri maupun impor. Accessibility, kemampuan untuk mengakses sumber energi, infrastruktur energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.

Kemudian, Affordability terkait keterjangkauan biaya investasi energi (biaya eksplorasi, produksi dan distribusi) dan keterjangkauan konsumen untuk membayar energi, dan Acceptability, penerimaan masyarakat terhadap penyediaan energi terkait dengan lingkungan.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Untuk mencapai 4A dimaksud, maka Ditjen Migas bersama stakeholders terkait terus mengupayakan langkah-langkah strategis mulai dari peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas), hilirisasi, hingga penerapan transisi energi secara berkelanjutan untuk mewujudkan swasembada energi,” papar Noor Arifin.

Dikatakan, Kementerian ESDM dalam kepemimpinan Bahlil Lahadalia, peningkatan produksi harus selalu dibarengi dengan kesadaran akan keamanan (safety). Karena, ketika produksi di-push dengan semua daya upaya, maka akan melibatkan semakin banyak resource, baik tenaga kerja, perangkat instalasi, dan lainnya dengan menerapkan good engineering practice (GEP).

“Dirjen ESDM di bawah kepemimpinan Pak Laode Sulaeman juga menekankan bahwa kita harus selalu siap terkait safety. Maka itu, kami bekerjanya 24 jam, dan itu bisa dibuktikan. Setiap ada laporan pengaduan atau gangguan dari lapangan, kita standby,” ucapnya.

Lebih lanjut, Noor Arifin menguraikan kondisi capaian produksi antara minyak dan gas bumi dalam mendukung ketahanan energi dalam negeri. Ia mengungkap, produksi minyak dari tahun ke tahun terus menurun, dan itu biasa terjadi dalam industri ekstraksi.

750 x 100 PASANG IKLAN

Karena itu, kata dia, harus ada penemuan sumber-sumber minyak dari sumur baru. Karena, ketika satu sumber minyak terus menerus dieksploitasi, akan habis pada waktunya.

“Maka, harus diganti dengan sumur yang baru, dan itu melibatkan proses ekplorasi yang masif,” imbuhnya.

Kondisi cadangan minyak di Indonesia yang terus menurun saat ini, berbeda dengan cadangan gas bumi yang jumlahnya lebih banyak. Selain gas bumi dari aspek ekonomi juga lebih menguntungkan dibandingkan minyak.

Lantaran jumlah cadangan gas lebih banyak dan nilai ekonomi, Noor Arifin menduga jadi pemicu munculnya wacana dari pelaku hulu—Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)—agar pemerintah mengevaluasi masa kontrak kerja sama perdagangan.

“Isu di dalam trading gas saat ini adalah pricing dan kontrak. Zaman dulu, kontrak perdagangan dibuat jangka panjang. Mereka mengusulkan diberlakukan pembelian jangka pendek,” ungkapnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Nilai tambah gas bumi lainnya, disebutkan Noor Arifin, emisinya sekitar 25 persen-35 persen lebih rendah dibandingkan kandungan emisi minyak. Sehingga lebih menjadi jembatan energi yang relevan di dalam menuju energi hijau.

Pemanfaatan dan Distribusi

Kebijakan alokasi dan pemanfaatan gas bumi berdasarkan Permen ESDM Nomor 6 Tahun 2016 adalah dengan mempertimbangkan kepentingan umum, kepentingan negara, neraca gas bumi, cadangan dan peluang, infrastruktur, serta keekonomian.

Noor Arifin menyebutkan pemanfaatan gas bumi untuk mendukung program pemerintah dalam penyediaan kebutuhan transportasi, rumah tangga dan pelanggan kecil, peningkatan produksi minyak, industri pupuk, industri berbasis gas, provider tenaga listrik, serta industri yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar.

Ia merincikan pemanfaatan gas bumi tahun 2025 untuk kebutuhan ekspor LNG sekitar 23 persen, industri 25 persen, pupuk 12 persen, kelistrikan 17 persen, domestik 13 persen. Rata-rata realisasi penyaluran gas bumi didominasi untuk pemanfaatan sektor industri dan pupuk.

“Perbandingan pasokan ekspor tahun 2025 semakin menurun dibandingkan untuk pasokan domestik. Sebenarnya sejak sekitar tahun 2012 demand untuk domestik sudah melampaui demand ekspor,” urainya. (Rif)

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !