
Jakarta,corebusiness.co.id-Bahan bakar minyak dan gas bumi (migas) menjadi kebutuhan rutin yang tidak bisa dihindari.
Meskipun Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kaya akan sumber daya alam, termasuk migas, namun Indonesia tercatat menjadi salah satu negara yang melakukan impor migas.
Namun, pernahkah kita berpikir dan bertanya-tanya, dari manakah asal BBM dan gas yang sering kita pakai untuk menggerakkan sehari-hari?
Informasi dari Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)–yang disarikan dari tulisan para pakar dalam dan luar negeri–menjelaskan minyak dan gas bumi terbentuk jauh di dalam tanah selama jutaan tahun yang lalu. Lantas, bagaimana bisa migas tersebut “terjebak” di bawah permukaan bumi dan tidak keluar begitu saja?
“Banyak orang mengira minyak dan gas hanya berasal dari pohon purba atau dinosaurus yang terkubur. Padahal, migas dapat terbentuk dari mikroorganisme laut yang disebut plankton, seperti alga dan hewan kecil yang hidup mengapung di lautan atau danau jutaan tahun yang lalu,” tulis PSG, dikutip Jumat (3/10/2025).
PSG menguraikan, ketika plankton mati, jasadnya tenggelam ke dasar laut. Jika kondisi perairan miskin oksigen, sisa-sisa plankton tersebut tidak cepat hancur, melainkan bercampur dengan lumpur halus (clay). Seiring waktu, timbunan ini tertutup oleh sedimen baru hingga akhirnya berubah menjadi batuan serpih organik atau batuan sumber, seperti yang diilustrasikan pada gambar 1.
Di dalam bumi, timbunan tersebut terus terkubur lebih dalam sehingga mengalami tekanan dan panas yang semakin besar. Pada kondisi tertentu, bahan organik di dalam batuan sumber perlahan berubah menjadi kerogen—zat padat yang kaya energi. Jika suhunya mencapai sekitar 90–160 °C, kerogen mulai terurai menjadi minyak dan gas. Proses ini hanya terjadi dalam rentang suhu tertentu yang disebut “jendela minyak.”