160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Fahmy Radhi: Harga Minyak Turun, Indonesia Bisa Hemat Nilai Devisa Impor

Ilustrasi: Keterangan produksi minyak offshore Pertamina EP, salah satu subholding upstream Pertamina . Foto: Dok. Pertamina EP.
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Fahmy Radhi mengatakan, perubahan harga minyak internasional merupakan fenomena jangka pendek. Bagi Indonesia sebagai net importer minyak mentah, setidaknya bisa menghemat nilai devisa impor.

Tren harga minyak mentah mengalami penurunan sejak awal Mei 2025. Jumat ini (23/5/2025), harga minyak mentah Brent turun 37 sen menjadi $64,07 per barel pada pukul 00.15 GMT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 39 sen menjadi $60,81 per barel.

Disebut-sebut turunnya harga minyak mentah dampak dari semakin menguatnya dolar AS. Kenaikan dolar AS, salah satunya didorong telah disahkannya RUU Presiden Donald Trump tentang pemotongan pajak dan belanja besar-besaran oleh DPR AS pada Rabu malam (21/5/2025) waktu AS. Selain, Trump mulai membuka diri atas kebijakannya terkait tarif impor (resiprokal) terhadap China.

Faktor lain, adanya kabar OPEC+ mempercepat peningkatan produksi minyak, sebagai penyebab turunnya harga komoditas ini. OPEC+ sedang mempertimbangkan peningkatan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari (bph) untuk Juli.

Menurut Fahmy, Indonesia saat ini dalam level net importer minyak mentah, di mana jumlah impor minyak mentah jauh lebih besar dibandingkan ekspor. Pengaruhnya terhadap Indonesia,  akan mengurangi jumlah pengeluaran untuk impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Sehingga Indonesia bisa menghemat nilai devisa impor.

750 x 100 PASANG IKLAN

Sesuai mekanisme pasar, disampaikan Fahmy, tren menurunnya harga minyak mentah internasional, harga jual BBM di SPBU pun ikut turun.

“Khusus BBM jenis Pertalite masih disubsidi pemerintah. Seiring turunnya harga minyak internasional, maka bisa mengurangi pengeluaran APBN untuk mensubsidi harga Pertalite. Artinya, penurunan harga minyak ini  menguntungkan dari sisi penghematan subsidi Pertalite,” jelas Fahmy ketika dihubungi corebusiness.co.id, Jumat (23/5/2025).

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Fahmy Radhi.

Sementara harga Pertamax Plus, lanjutnya, sudah ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Saat harga minyak mentah naik, harga jual Pertamax Plus dinaikkan. Ketika harga minyak mentah turun, Pertamina harus konsekuen menurunkan harga jual Pertamax Plus.

Fahmy mengutarakan, perubahan harga minyak mentah merupakan fenomena jangka pendek. Sehingga sudah bisa diantisipasi investor di sektor hulu dan hilir, karena orientasi bisnis mereka dirancang untuk jangka panjang.

“Fenomena jangka pendek ini bukan merupakan variabel penting yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Namun, jika harga minyak mentah turun terus menerus, bisa berdampak pada kegiatan usaha di sektor hulu. Jika harga minyak mentah kembali naik, mereka akan meneruskan kegiatan usahanya. Karena kegiatan produksi minyak ini orientasinya jangka panjang,” tuturnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Sementara itu, Pertamina telah menurunkan harga BBM jenis Pertamax series dan Dex series yang diberlakukan pada 13 Mei 2025. Langkah Pertamina diikuti perusahaan milik asing yang menjual BBM di Indonesia, yakni Shell, British Petroleum (BP), dan Vivo.

Fahmy mengungkapkan, SPBU asing dominan berada di kota-kota besar di Indonesia. Selebihnya masih dikuasai Pertamina.

Dalam posisi harga jual BBM, kata dia, Pertamina menjadi market leader. Biasanya, jika Pertamina menurunkan harga BBM, SPBU asing ikut menurunkan harga. Sebaliknya, jika Pertamina menaikkan harga, SPBU asing juga ikut menaikkan harga BBM.

“Jadi, perubahan harga minyak mentah internasional yang diikuti penurunan harga jual BBM saat ini, tidak terlalu berpengaruh bagi Pertamina kehilangan pangsa pasarnya. Karena SPBU milik asing masih terbatas. Situasional, ketika terjadi kasus blending Pertamax dari Pertalite, sempat terjadi migrasi sebagian konsumen pindah membeli BBM dari SPBU Pertamina ke SPBU asing,” pungkasnya. (Rif)

750 x 100 PASANG IKLAN

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !