160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
750 x 100 PASANG IKLAN

Bahas PLTN dan CPE, Menteri ESDM: RUPTL 2025-2034 sudah Masuk Finalisasi

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Foto: Mongabay
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 sudah dalam proses finalisasi untuk dilaporkan kepada Presiden Prabowo. Di dalam RUPTL tersebut, salah satu di antaranya adalah PLTN.

Hal itu dikatakan Bahlil Lahadalia selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional (DEN) saat memimpin Sidang perdana Anggota DEN Tahun 2025, baru-baru ini.

“Ada dua yang akan kita bahas sebagai tindak lanjut dari apa yang sebelumnya disampaikan Plt. Sekjen DEN, yang pertama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan Cadangan Penyanggga Energi (CPE),” ujar Bahlil.

Bahlil menyebutkan bahwa RUPTL 2025-2034 sudah dalam proses finalisasi untuk dilaporkan kepada Presiden Prabowo.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Untuk PLTN, kita mulai on tahun 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus melakukan persiapan semua regulasi yang terkait dengan PLTN,” jelasnya.

Menurut Bahlil, PLTN merupakan energi baru yang murah, dan bisa dimanfaatkan untuk menguatkan sistem kelistrikan nasional. Selain itu, penggunaan nuklir juga akan mengurangi pemanfaatan energi listrik berbahan bakar fosil.

Namun, ia menekankan bahwa pemanfaatan nuklir sebagai sumber pembangkit listrik harus diimbangi dengan sosialisasi kepada masyarakat secara masif sehingga masyarakat memahami pemanfaatan nuklir.

Sementara untuk CPE, Bahlil mengatakan konsumsi minyak nasional mencapai 1,5 – 1,6 juta barel per hari, namun produksi lifting minyak Indonesia berada pada angka 580 ribu- 610 ribu barel per hari.

“Terkait dengan kondisi itu, Pak Presiden memberikan arahan kepada kami untuk membangun kilang 1 juta barel untuk meningkatkan ketahanan energi nasional kita,” imbuhnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Menindaklanjuti hal tersebut, Bahlil mengatakan akan membentuk tim yang melibatkan Kementerian ESDM, SKK Migas, PT Pertamina (Persero), dan DEN untuk melakukan kajian pendalaman terkait kelayakan pembangunan kilang minyak.

Sidang Anggota DEN Pertama Tahun 2025 turut dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Wakil Tetap Anggota DEN Unsur Pemerintah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup.

Sidang juga dihadiri oleh Anggota Pemangku Kepentingan DEN, yaitu Dina Nurul Fitria, Agus Puji Prasetyono, Musri, Abadi Poernomo, Eri Purnomohadi, As Natio Lasman, Yusra Khan, dan Plt. Sekretaris Jenderal DEN Dadan Kusdiana.

Repowering

750 x 100 PASANG IKLAN

Merespon percepatan penyediaan listrik dari nuklir, Konsultan Nuklir, Bob. S. Effendi mengutarakan, pengadaan energi listrik dari nuklir bisa dilakukan dua metode. Pertama, membangun nuklir yang baru (greenfield). Kedua, repower, dengan mengganti boiler sebagai sumber panas PLTU menjadi sumber panas energi bersih seperti nuklir, maka menjadi PLTN brownfield ataupun sumber panas geothermal.

Menurutnya, perbedaan mendasar PLTN dengan PLTU hanya pada boiler, yaitu salah satu jenis bejana tertutup di mana batubara dibakar dan dikonversi menjadi uap. Bejana ini mampu membentuk uap dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer dengan cara memanaskan air yang ada di dalamnya menggunakan gas-gas steam dari hasil pembakaran.

Bob menjelaskan, sumber untuk memanaskan air menjadi uap pada PLTU menggunakan batubara. Sedangkan sumber panas PLTN dihasilkan dari reaksi fisi uranium. Sumber panas dari reaksi fisi uranium dialirkan ke turbin.

Sistem kerja dalam menghasilkan panas antara PLTU dengan PLTN hampir sama. Perbedaannya adalah penggunaan sumber panas, PLTU menggunakan batubara yang dipanaskan, sedangkan PLTN menggunakan uranium yang difusikan melalui reaktor.

“Jadi, sederhananya hanya mengganti sumber pemanas dari batubara dengan uranium, walaupun prakteknya tidak sederhana itu,” jelas Dirut PT Xpert Synergy Solution kepada corebusiness.co.id.

Bob mengutarakan, keberadaan PLTU-PLTU yang akan dihentikan pengoperasiannya, sebenarnya tidak akan menyelesaikan masalah, jika pemerintah ingin melakukan dekarbonisasi.

Menurut Bob, dengan melakukan upaya repowering, di antaranya mengganti penggunaan boiler batubara dengan uranium, maka akan memberikan solusi terhadap berbagai masalah itu. Sehingga bisa mengubah PLTU menjadi PLTN. (Rif)

 

 

 

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
PASANG IKLAN

Tutup Yuk, Subscribe !