Jakarta,corebusiness.co.id– Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Noor Arifin Muhammad mengatakan Program 4A dan Ketahanan Energi Nasional menjadi backbone maupun cita-cita dalam pembangunan energi Kementerian ESDM.
Hal itu disampaikan Noor Arifin sebagai pembicara utama Future Gas Economy 2025 dengan tema “Stengthening The National CNG & LNG Framework” yang diselenggarakan Aspebindo dan APLCNGI, di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Noor Arifin menyampaikan, Kementerian ESDM di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia fokus untuk terus menjaga 4A Ketahanan Energi Nasional yaitu Availability, ketersediaan energi dan sumber energi baik dari dalam negeri maupun impor. Accessibility, kemampuan untuk mengakses sumber energi, infrastruktur energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.
Kemudian, Affordability terkait keterjangkauan biaya investasi energi (biaya eksplorasi, produksi dan distribusi) dan keterjangkauan konsumen untuk membayar energi, dan Acceptability, penerimaan masyarakat terhadap penyediaan energi terkait dengan lingkungan.
“Untuk mencapai 4A dimaksud, maka Ditjen Migas bersama stakeholders terkait terus mengupayakan langkah-langkah strategis mulai dari peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas), hilirisasi, hingga penerapan transisi energi secara berkelanjutan untuk mewujudkan swasembada energi,” papar Noor Arifin.
Dikatakan, Kementerian ESDM dalam kepemimpinan Bahlil Lahadalia, peningkatan produksi harus selalu dibarengi dengan kesadaran akan keamanan (safety). Karena, ketika produksi di-push dengan semua daya upaya, maka akan melibatkan semakin banyak resource, baik tenaga kerja, perangkat instalasi, dan lainnya dengan menerapkan good engineering practice (GEP).
“Dirjen ESDM di bawah kepemimpinan Pak Laode Sulaeman juga menekankan bahwa kita harus selalu siap terkait safety. Maka itu, kami bekerjanya 24 jam, dan itu bisa dibuktikan. Setiap ada laporan pengaduan atau gangguan dari lapangan, kita standby,” ucapnya.
Lebih lanjut, Noor Arifin menguraikan kondisi capaian produksi antara minyak dan gas bumi dalam mendukung ketahanan energi dalam negeri. Ia mengungkap, produksi minyak dari tahun ke tahun terus menurun, dan itu biasa terjadi dalam industri ekstraksi.
Karena itu, kata dia, harus ada penemuan sumber-sumber minyak dari sumur baru. Karena, ketika satu sumber minyak terus menerus dieksploitasi, akan habis pada waktunya.
“Maka, harus diganti dengan sumur yang baru, dan itu melibatkan proses ekplorasi yang masif,” imbuhnya.
Kondisi cadangan minyak di Indonesia yang terus menurun saat ini, berbeda dengan cadangan gas bumi yang jumlahnya lebih banyak. Selain gas bumi dari aspek ekonomi juga lebih menguntungkan dibandingkan minyak.