
LOGISTIK memainkan peran penting dalam memastikan produk-produk yang dihasilkan produsen sampai ke konsumen dalam kondisi terbaik. Dengan mengelola arus produk dari produksi hingga konsumsi secara efisien, sistem logistik yang efektif dapat mengurangi kerugian, meningkatkan akses pasar, serta menjamin kesegaran dan kualitas produk.
Ketika Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) didirikan pada Desember 2002, ingin membantu dari sisi rantai pasok produk-produk yang dihasilkan Indonesia bisa bersaing dengan produk-produk dari negara lain.
ALI adalah organisasi profesi nirlaba di bidang Supply Chain & Logistics Management (SC&LM) di Indonesia. Keanggotaan ALI terbuka bagi individu Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkarya sebagai praktisi, akademisi, pembuat regulasi, maupun pemerhati bidang SC&LM. Hal ini sesuai dengan Visi ALI, yakni menjadi asosiasi profesi yang terpandang dalam bidang SC&LM di Indonesia. Sedangkan Misi organisasi ALI adalah turut meningkatkan kualitas sumber daya manusia WNI di bidang profesi SC&LM dan sebagai wadah komunikasi bisnis & industri dalam bidang SC&LM di Indonesia.
Lantas, bagaimana peran dan keterlibatan ALI ketika produk-produk pangan Indonesia sedang mengalami persoalan pendistribusian ke berbagai daerah. Seperti masih terjadi saat ini terjadi kelangkaan beras di pasar-pasar tradisional dan modern.
Mengulik lebih jauh, corebusiness.co.id mewawancarai Ketua Umum ALI periode 2021-2026, Mahendra Rianto. Berikut petikannya:
Pendistribusian beras di pasar-pasar tradisional dan modern di Indonesia saat ini tidak merata. Bagaimana Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) melihat persoalan ini?
Sama seperti produk penting dan pokok lainnya, harusnya pemerintah mempunyai treatment khusus. Pada kuartal pertama, secara rantai pasok sudah digambarkan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Mentan Amran sampai menyebut bahwa Indonesia sudah surplus beras sebesar 4 juta ton, bahkan Indonesia bisa ekspor beras.
Kami berpikir langkah Mentan Amran bisa mempercepat swasembada pangan, khususnya beras, sangat bagus. Itu sebetulnya tidak lepas perencanaan rantai pasok harus berdasarkan data yang akurat. Kalau kami, di pihak swasta, untuk data yang akurat itu tidak boleh ada dua, data itu harus satu.