Sjafrie menyampaikan bahwa panen ini merupakan langkah strategis untuk menjadikan Lampung Utara sebagai salah satu pusat pengembangan kedelai nasional. Melalui sinergi dan kerja keras TNI bersama masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk berdaulat di bidang pangan.
“Wilayah ini harus menjadi pusat swasembada kedelai untuk seluruh Indonesia. Dengan formula, pola, dan kemauan kerja keras dari TNI, maka Indonesia bisa menjadi negara bukan pengimpor kedelai lagi, tapi negara pengekspor kedelai yang akan kita rebut pada kesempatan pertama tahun 2025 dan 2026 ini,” tegas Sjafrie.
Kedelai Garuda Merah Putih memiliki masa panen relatif singkat, sekitar 90 hari setelah tanam, dan telah ditetapkan oleh TNI Angkatan Laut sebagai komoditas utama dalam program ketahanan pangan. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan produksi nasional, menekan ketergantungan impor, serta menjaga stabilitas harga di pasaran.
Guna mendukung target tersebut, TNI AL menyiapkan strategi swasembada kedelai untuk tiga tahun ke depan melalui penyediaan bibit unggul, penggunaan pupuk organik, pendampingan petani, serta penerapan sistem pascapanen yang efisien agar kualitas hasil panen terjaga hingga proses distribusi ke pasar domestik.
Selain kegiatan panen tersebut, TNI AL juga menyelenggarakan bakti sosial berupa pembagian sembako dan Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada lima ratus siswa di sekitar lokasi. Selain itu, TNI AL turut menampilkan UMKM binaan yang mengolah hasil komoditas kedelai menjadi berbagai produk olahan pangan.
Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan, melalui sinergi antara TNI dan masyarakat, diharapkan Indonesia mampu berdiri kokoh sebagai negara yang mandiri pangan, berdaulat, dan tangguh menghadapi tantangan global. (Kabidpenum Puspen TNI Kolonel Laut (P) Agung Saptoadi).