TANGGAL 12 November 2025 bakal menjadi momen bersejarah bagi Chairil Gibran Ramadhan. Memasuki 26 tahun berkiprah dalam dunia menulis karya sastra bernuansa Betawi-Batavia-Jakarta, baru di tanggal, bulan, dan tahun ini, ia akan menerima penghargaan dari sebuah lembaga resmi di Indonesia.
CGR, begitu pria kelahiran Pondok Pinang, Jakarta Selatan, biasa disapa, tidak membayangkan ketika mendapat kabar dari Guru Besar UHAMKA, Prof. Dr. H. Edi Sukardi, pada Sabtu, 25 Oktober 2025, bahwa dirinya akan dianugerahi PSB UHAMKA Awards.
“Saya mendapat kabar dari Prof. Dr. H. Edi Sukardi bahwa Beliau akan memberikan PSB UHAMKA Awards kepada saya atas 26 tahun jejak kepenulisan saya sebagai sastrawan dan budayawan nasional dengan kekhasan tema Betawi-Batavia-Jakarta,” tutur CGR kepada corebusiness.co.id.
Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Jurnalistik dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta tersebut masih ingat tulisan cerpennya dengan latar belakang budaya Betawi kali pertama diterbitkan di Harian Republika atas budi baik Ahmadun Yosi Herfanda, pada 1999. Karena untuk tema bukan Betawi-Batavia-Jakarta, karya saya sudah dimuat sejak 1997.
“Alhamdulillah, kemudian karya-karya saya dibukukan dalam banyak buku bersama dan buku tunggal,” ungkap CGR.
CGRgrafi
Menukil Wikipedia, CGR pernah menjadi wartawan dan redaktur musik di sebuah majalah di Jakarta. Ia mengawali debutnya sebagai penulis sejak 1996 tanpa bergabung dengan komunitas sastra manapun, termasuk komunitas Betawi.
Sebagai cerpenis, karya-karyanya tampil di majalah dan surat kabar antara lain Horison, Jurnal Sastra, Suara Pembaruan, Kompas, Media Indonesia, Republika, The Jakarta Post, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Sinar Harapan, Jurnal Nasional, Riau Pos, Lisa, Nova, Kartini, Femina, Swara Cantika, Annida, Jurnal Perempuan, dan lainnya, termasuk dalam beberapa buku yang telah diterbitkannya seperti Perempuan di Kamar Sebelah: Indonesia, Woman, and Violence (Gramedia Grup, 2012, antologi tunggal), serta antologi bersama untuk pasar internasional terbitan The Lontar Foundation: Menagerie 5 (ed. Laora Arkeman, 2003), I Am Woman (ed. John H. McGlynn, 2011), dan Gambar Perahu Layar di Dinding: Indonesia Under Soeharto and Other Stories (antologi tunggal).
Oleh Eka Budianta, CGR pernah diminta menulis untuk kumpulan esai bersama yang mengantarkannya menyampaikan orasi sastra di hadapan lima duta besar antara lain duta besar Libanon, Libya, Tunisia, Belgia, dan Amerika Serikat.
Buku yang memuat beberapa cerpennya dalam nuansa Betawi antara lain Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita Betawi (Masup Jakarta, 2008, antologi tunggal), antologi bersama: Ujung Laut Pulau Marwah (Temu Sastrawan Indonesia III, Tanjungpinang, 2010), Si Murai dan Orang Gila (DKJ & KPG, 2010), Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya–Sketsa, Puisi & Prosa–1900-2000 (M.Balfas dkk, ed. Laora Arkeman, Padasan, 2011).

Kemudian, Ibu Kota Keberaksaraan (The 2nd Jakarta International Literary Festival, 2011), Antologi Sastra Nusantara (MPU VII, Yogyakarta, 2012), Di Seberang Perbatasan: Kumpulan Cerpen Pilihan Riau Pos 2012 (Riau Pos, 2012), dan Embun Pecah di Taman Kota (MPU IX, Jakarta, 2014, Cerpen Terbaik I). Sedangkan puisi-puisinya dalam nuansa Betawi dimuat dalam antologi bersama Gelombang Puisi Maritim (Dewan Kesenian Banten, 2016) dan Rancag si Pitung (Dewan Kesenian Depok, 2017).