160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Ekonom Senior IPB Optimis Indonesia Capai Swasembada

750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id– Ekonom Senior IPB University, Prof Firdaus optimis program intensifikasi dan juga ekstensifikasi yang digencarkan Kementerian Pertanian (Kementan) mampu mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto, yaitu Swasembada Pangan.

Setidaknya, kata Firdaus, realisasi swasembada pada beberapa tahun ke depan bisa dilakukan pada 2 komoditas, yakni beras dan jagung.

“Saya optimis kemungkinan besar untuk beras bisa (swasembada), keterlaluan kalau tidak,” ujar Firdaus, Jumat (13/12/2024).

Meski demikian, Firdaus menekankan pentingnya alokasi tambahan anggaran untuk intensifikasi. Paling tidak dua per tiga dari anggaran ekstensifikasi yang sepertiga. Langkah ini penting mengingat berbagai program yang ada saat ini harus bermuara pada kesejahteraan petani.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Kalau boleh urun rembuk untuk upaya swasembada, jadi kelihatannya proporsi antara intensifikasi dalam kaitan alokasi anggaran, itu harusnya bisa lebih besar ya. Jadi intensifikasi kalau dua per tiga, ekstensifikasi itu yang sepertiganya,” urainya.

Berikutnya, menurut Firdaus mengutarakan pemerintah juga harus mulai mempersiapkan lebih banyak lagi pihak mana saja yang akan menjadi off taker untuk melakukan penyerapan secara cepat pada saat panen raya tiba.

“Untuk kemandirian pangan yang sustained, ada perangkat undang-undang yang belum banyak turunannya, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013, yang mencakup semisal jaminan pasar, maka perlu dilihat pasal demi pasal yang bagus untuk diimplementasikan,” katanya.

Sebagai informasi, intensifikasi yang dilakukan mencakup optimalisasi lahan rawa (Oplah) dan ekstensifikasi mencakup cetak sawah baru. Pemerintah melalui kementan telah mengalokasikan berbagai bantuan seperti penyediaan benih unggul, tambahan volume pupuk hingga mendistribusikan alat mesin pertanian.

750 x 100 PASANG IKLAN

Dengan berbagai upaya tersebut, beras cadangan pemerintah semakin menguat, di mana ada lebih dari 2 juta ton yang masuk di gudang-gudang Bulog.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat anomali berupa deflasi pada komoditas beras. Pada November 2024, harga beras mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen. Deflasi ini terjadi di 26 provinsi, dengan penurunan terdalam tercatat di Papua Pegunungan sebesar 4,64 persen.

Adapun penyebab deflasi beras terjadi karena penurunan harga mulai dari gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), beras medium, dan premium.

Sementara harga gabah jering panen turun sebesar 1,86 persen secara bulanan (month to month) dan 6,18 persen secara tahunan (year on year). Adapun untuk gabah kering giling turun sebesar 1,84 persen secara bulanan dan sebesar 8 persen secara tahunan.

750 x 100 PASANG IKLAN

Sedangkan untuk rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2024 turun sebesar 1,23 persen secara bulanan dan sebesar 3,79 secara tahunan.

Pages: 1 2
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Core Business

Bincang Kepo

Promo Tutup Yuk, Subscribe !