“Hal ini perlu menjadi perhatian agar tidak terjadi stagnasi dalam penemuan cadangan baru, yang penting untuk keberlanjutan industri nikel di masa depan,” pungkas Anggawira.
Kebijakan pembatasan kuota produksi bijih nikel, masih menurut Anggawira, juga bisa memengaruhi aktivitas usaha para pemasok energi mineral. Menurutnya, pembatasan ini dapat memberikan efek domino pada pemasok energi mineral, terutama yang terkait dengan bahan baku industri smelter. Jika produksi berkurang, kebutuhan energi dan bahan penunjang lainnya kemungkinan juga akan menurun.
Namun, Anggawira berpandangan, dari kebijakan ini dapat dijadikan momentum bagi ASPEBINDO untuk mendorong efisiensi dan diversifikasi produk di sektor energi mineral.
Dari dampak-dampak tersebut, ASPEBINDO berharap kebijakan ini dirancang dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan sektor hulu, hilir, dan pemangku kepentingan lainnya. Sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha sangat penting untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menjaga keberlanjutan industri nikel dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional.
Harga Nikel kurang Seksi
Seperti diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tengah membahas pembatasan kuota produksi bijih nikel guna mendongkrak harga komoditas mineral logam tersebut, lantaran terus kontraksi hingga 43 persen pada tahun 2023. Harga nikel dunia sempat mengalami kenaikan yang signifikan hingga US$ 50.000 per ton pada tahun 2022.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung memperkirakan, turunnya harga nikel saat ini salah satunya disebabkan kelebihan pasokan nikel dunia yang tidak diimbangi oleh permintaan akan nikel itu sendiri.
“Jadi, untuk jatuh harga, ini kan supply and demand. Jadi, kalau kita lihat dari industri, seharusnya kita harus mengidentifikasi untuk apa permasalahan jatuhnya harga nikel. Jadi, salah satunya mungkin itu kelebihan supply,” jelasnya saat ditemui di sela acara ASEAN Mining Conference (AMC), di Meru Sanur, Bali, seperti dikutip.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno mengungkapkan, jika produksi nikel dunia berlimpah namun tidak seimbang dengan jumlah permintaannya, maka bisa dipastikan harga nikel dunia akan anjlok.