
“Jadi bukan PT Gag yang di Pulau Gag. Karena Gag Nikel ini sudah beroperasi sejak tahun 70-an dan di bawah kendali BUMN. Jadi Pak Menteri salah sasaran, beda pulau, beda tempat. Yang diprotes oleh masyarakat itu, kehadiran tambang yang di Manyaifun, Batan Pele dan Paam,” ungkapnya.
Ia bahkan mengutarakan di lokasi pertambangan baru Manyaifun sempat terjadi konflik sosial. Untuk itu, dia berharap kedua target permasalahan tersebut juga mendapat tindak lanjut yang cepat dari pemerintah pusat.
Pernyataan Paul Finsen senada dengan Patrick Nathanel, seorang pemandu wisata yang ikut mengkritisi aktivitas tambang di Raja Ampat. Melalui video yang diupload di IG ptrknthnl, Sabtu (7/6/2025), dia menilai Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia salah meninjau lokasi tambang di Raja Ampat.
“Hari ini Pak Bahlil, Menteri ESDM, berkunjung ke Gag, di mana Gag bukan titik lokasi yang sedang kami speackup lewat aksi demo kami beberapa minggu lalu. Kami sedang speackup terhadap beberapa lokasi tambang yang akan, tepatnya di Pulau Manyaifun dan Pulau Batang Pele. Di mana di kedua pulau ini merupakan Kawasan Suaka Alam Perairan Raja Ampat,” tutur Patrick.