
Berikutnya, masih disampaikan Prabowo, meningkatnya kesadaran publik. EV makin diterima di kalangan milenial dan masyarakat perkotaan. Banyak perusahaan logistik, ride-hailing (Grab, Gojek), dan e-commerce (Shopee, Lazada) mulai pakai EV. Komunitas EV juga berkembang aktif, dan pameran EV, seperti PEVS dan IIMS EV, makin ramai.
Strategi Menjadi Pemain EV Global
Prabowo menyampaikan, saat ini, ada beberapa pabrikan yang membanjiri pasar EV di Indonesia, dominan pabrikan dari China, kemudian Korea Selatan, Vietnam, Jepang, dan Indonesia sendiri.
Berbagai tipe EV sudah tersedia di pasaran, mulai dari kendaraan perkotaan (Citi Car), SUV, MPV, hingga bus dan truk komersial. Yang paling diminati, seperti di kendaraan konvesnional, adalah kendaraan MPV dengan enam atau tujuh penumpang.
Periklindo mengestimasi penjualan EV tahun 2026 untuk jenis BEV antara 100 ribu hingga 120 ribu unit, atau meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2024. Jenis motor listrik, estimasi penjualannya antara 600 ribu hingga 800.00 unit, atau meningkat empat hingga lima kali lipat dibanding tahun 2024. Kemudian penjualan kendaraan komersial antara 10.000 hingga 20.000 unit, atau naik pesat, karena segmen baru.
Prabowo menekankan, Indonesia sebenarnya bisa menjadi pemain dalam industri EV, tidak hanya dijadikan market penjualan produk otomotif asing. Karena itu, diperlukan strategi menyeluruh dan berkelanjutan yang melibatkan kebijakan, investasi, SDM, dan teknologi.
Prabowo menjabarkan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan. Pertama, percepat lokalisasi produksi dan rantai pasok. Langkah ini dibarengi dengan mewajibkan pabrikan asing membangun pabrik perakitan lokal (CKD/IKD). Dilakukan pengembangan industri komponen lokal, seperti baterai, motor listrik, controller, BMS, dan lainnya. Kemudian, mendorong kemitraan antara OEM asing dan perusahaan lokal.
“Contohnya, saat ini Wulling, DFSK, Hyundai sudah produksi lokal. Menyusul BYD, VinFast, dan Chery sedang dalam proses membangun produksi lokal di Indonesia,” sebutnya.