
Jakarta,corebusiness.co.id-Para eksekutif otomotif bersiap menghadapi penurunan tajam penjualan kendaraan listrik di Amerika Serikat (AS) menyusul hilangnya keringanan pajak penting sebesar $7.500 bagi pembeli.
Pemerintah AS telah mengakhiri insentif kredit pajak federal untuk pembelian kendaraan listrik (electric vehicle/EV) baru dan bekas, yang berlaku sejak akhir September 2025. Kebijakan ini menghapus keringanan pajak hingga US$ 7.500 untuk kendaraan baru dan US$ 4.000 untuk kendaraan bekas, yang sebelumnya telah mendorong penjualan EV dan memungkinkan penawaran sewa yang lebih murah. Akibatnya, biaya sewa bulanan untuk beberapa model EV mengalami kenaikan
“Ini adalah pengubah permainan,” ujar CEO Ford (F.N), Jim Farley, dalam sebuah acara di Detroit beberapa jam sebelum subsidi federal berakhir, dikutip Reuters.
Farley mengatakan ia tidak akan terkejut jika penjualan mobil listrik turun hingga 5 persen dari total penjualan kendaraan di AS pada Oktober. Angka tersebut akan menjadi sekitar setengah dari angka penjualan Agustus.
“Pasar kendaraan listrik akan runtuh pada Oktober,” kata Ketua Nisan Americas, Christian Meunier.
Nissan Jepang, masih meluncurkan versi desain ulang dari kendaraan listrik kecil Nissan Leaf di AS, tetapi Meunier memperkirakan persaingan akan ketat karena produsen mobil pesaing kesulitan menemukan pembeli untuk mobil listrik mereka.
“Persaingan itu akan sangat ketat, karena stoknya banyak. Pesaing kami telah memproduksi banyak kendaraan listrik,” kata Meunier kepada Reuters.
Kongres menyetujui kredit pajak sebesar $7.500 tahun 2008 untuk pembeli mobil listrik dan kendaraan hibrida plug-in. Undang-Undang Pengurangan Inflasi 2022 memperluas kredit tersebut, sekaligus membatasi kelayakannya hanya untuk kendaraan listrik yang diproduksi di AS menggunakan baterai dan material dalam negeri dalam jumlah tertentu.
RUU pemotongan pajak dan belanja Presiden AS Donald Trump, yang disahkan menjadi undang-undang pada Juli, menetapkan batas waktu berakhirnya program pada tanggal 30 September. Pemerintahannya telah mengambil langkah-langkah lain yang dapat memperlambat momentum kendaraan listrik, seperti menunda denda yang dibayarkan perusahaan mobil karena gagal memenuhi peraturan efisiensi bahan bakar. Trump berkampanye tahun lalu untuk mengakhiri “mandat kendaraan listrik” yang telah dijalankan semasa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Studi gabungan pada November 2024 memprediksi kendaraan listrik bisa turun 27 persen tanpa keringanan pajak. Studi dilakukan para profesor di University of California, Berkeley, Duke University, dan Stanford University.
AS Surplus EV tak Terjual
AS sudah tertinggal dari pasar mobil utama lainnya dalam hal adopsi EV. Di Tiongkok, pemimpin global dalam EV dan produksi baterai serta bahan bakunya, penjualan kendaraan listrik dan hibrida plug-in telah melampaui 40 persen dalam beberapa bulan terakhir. Tingkat penetrasi penjualan EV Tiongkok di Eropa telah mendekati 20 persen.
Menurut Cox Automotive, meskipun ada kredit pajak AS, pertumbuhan penjualan mobil listrik telah melambat dalam dua tahun terakhir, sebelum tenggat waktu yang ketat musim panas lalu.
Perlambatan tersebut terjadi meskipun produsen mobil meluncurkan banyak model EV baru. Penjualan kendaraan listrik hanya naik 1,5 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.