
Sepanjang 2024, harga rata-rata tercatat sebesar US$ 15.328 per metrik ton atau turun 7,7 persen dibandingkan
tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin D. Liwan dalam keterangan persnya menyatakan, “Kondisi industri nikel saat ini membuat pelaku usaha melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak efisiensi operasi, tak terkecuali Harita Nickel. Perusahaan
terus melanjutkan pengetatan biaya operasional untuk semua bisnis unit dan fokus pada upaya menjaga kesehatan keuangan perusahaan secara jangka panjang.”
Strategi operasi lain yang dilakukan adalah dengan dimulainya pekerjaan konstruksi pabrik yang memproduksi kapur tohor atau quicklime, sebagai bahan pendukung proses HPAL dan akan meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pendukung.
Strategi Keberlanjutan
Tantangan besar juga masih menggayuti industri nikel Indonesia, mulai dari dinamika geopolitik global, keseimbangan produksi, hingga standardisasi lingkungan yang ketat.
Menyadari hal ini, selain efisiensi, Harita Nickel juga menerapkan strategi keberlanjutan guna memastikan stabilitas pertumbuhan jangka panjang dengan merampungkan proses audit standar pertambangan internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA). Audit ini akan menjadi yang pertama di Asia untuk perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi.
Sebelumnya perusahaan juga telah menyelesaikan Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiatives
(RMI).