
Ia menambahkan, komunikasi adalah instrumen utama untuk memastikan transformasi berjalan efektif dan mendapat dukungan dari seluruh pihak.
Whisnu juga menyoroti keberhasilan PHE mengawal proyek strategis nasional Jambaran Tiung Biru (JTB). Meski menghadapi pandemi COVID-19, proyek tersebut mampu mencapai full production pada 2024 dengan kapasitas produksi gas mencapai 193 juta kaki kubik per hari yang melebihi target awal.
Selain faktor internal, Whisnu mengingatkan bahwa PHE juga harus tanggap terhadap tantangan eksternal, mulai dari regulasi, dinamika pasar energi, hingga perkembangan teknologi.
“Pendekatannya adalah memahami kepentingan pihak eksternal, menyampaikan kepentingan perusahaan secara terbuka, dan mencari titik temu agar solusi yang dihasilkan bersifat win–win,” jelasnya.
Melalui berbagai strategi tersebut, PHE terus berupaya memperkuat posisinya sebagai penggerak utama industri hulu migas nasional, sekaligus mendukung ketahanan energi Indonesia di tengah perubahan dan tantangan global.