Tahun lalu, BRICS memperluas keanggotaannya dengan mengikutsertakan Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab sebagai anggota penuh.
Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS semakin memperkuat posisinya sebagai blok ekonomi yang berpengaruh di kancah global.
Sebagai presiden kelompok BRICS, Brasil berencana meningkatkan kerja sama antara negara-negara di Global South dan mendorong reformasi institusi multilateral. Salah satu fokus utama pemerintahan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva adalah “pengembangan sarana pembayaran” untuk memfasilitasi perdagangan antar negara anggota BRICS.
Dalam pertemuan puncak BRICS terakhir di Kazan, Rusia pada November 2024, negara-negara anggota membahas peningkatan transaksi nondolar dan penguatan mata uang lokal. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.
Rencana BRICS ternyata memicu reaksi keras dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. Dia bahkan balik mengancam akan mengenakan tarif 100 persen kepada anggota BRICS jika mereka mencoba melemahkan dolar AS. Ancaman ini mencerminkan kekhawatiran AS terhadap potensi pergeseran kekuatan ekonomi global yang lebih besar ke arah BRICS.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri, Sugiono menyatakan niat Indonesia bergabung ke BRICS bukan bermakna “ikut kubu tertentu”, melainkan sebagai pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif.
“Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata Sugiono dalam keterangan resmi. (Rif)