
Jakarta,corebusiness.co.id-Pemerintah Malaysia sebagai pemegang saham tunggal 100 persen perusahaan BUMN energi Petroliam Nasional Berhad (Petronas) mengharapkan pembayaran dividen sebesar 20 miliar ringgit ($4,74) tahun 2026.
Pemerintah Malaysia melaporkan, angka dividen 20 miliar ringgit ini merupakan terendah dalam sembilan tahun terakhir. Pembayaran terendah dividen sebesar 16 miliar ringgit pada tahun 2016 dan 2017.
Sementara tahun 2024, Petronas membayar dividen sebesar 32 miliar ringgit kepada Pemerintah Malaysia.
Penurunan pembayaran dividen ini menggarisbawahi perlunya Malaysia mengurangi ketergantungannya pada Petronas, penyumbang kas negara yang signifikan tetapi rentan terhadap fluktuasi harga minyak.
Pada Agustus 2025, Petronas melaporkan laba dan pendapatan yang lebih rendah untuk paruh pertama tahun ini, sejalan dengan penurunan harga acuan.
“Pendapatan bukan pajak Malaysia diperkirakan turun 9,9 persen menjadi 72,7 miliar ringgit, akibat pembayaran dividen yang lebih rendah dari Petronas,” demikian pernyataan Pemerintah Malaysia dalam laporan prospek fiskal yang dirilis bersamaan dengan anggaran 2026.
Pendapatan dari sektor minyak bumi diperkirakan akan terkontraksi menjadi 43 miliar ringgit pada tahun 2026. Sementara pendapatan nonminyak bumi akan naik 8,1 persen menjadi 300,1 miliar ringgit.
Dalam laporan prospek fiskal itu, Pemerintah Malaysia memperkirakan harga minyak mentah Brent akan berada di kisaran rata-rata antara $60 dan $65 per barel tahun depan.
Selain itu, subsektor gas alam juga diproyeksikan menurun karena penurunan produksi di Semenanjung Malaysia dan Sabah serta melemahnya permintaan dari negara-negara pengimpor utama seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.
“Secara keseluruhan, produksi gas alam diperkirakan akan melambat, meskipun beberapa proyek baru telah dijadwalkan,” ungkap laporan tersebut.
Subsektor minyak mentah dan kondensat juga diperkirakan akan menurun tahun depan, terbebani oleh penurunan produksi di Sabah. (Red)