
Di Fast Retailing, pemilik Uniqlo, penjualan dan laba menurun di Tiongkok dari pasar terbesarnya di 900 toko. Sementara pendapatannya di Amerika Utara naik 24 persen.
Nike, produsen sepatu dan pakaian olahraga global, juga mengalami penuruan omset. Perusahaan melaporkan penurunan penjualan pada kuartal kelima di pasar Tiongkok Raya, di tengah persaingan ketat dari merek-merek domestik, termasuk Anta dan Li Ning.
Nike bahkan baru-baru ini mengirim bintang basket AS LeBron James dan Ja Morant ke Tiongkok untuk memikat konsumen.
Di sektor alkohol, Treasury Wine Estates, menarik proyeksi pendapatannya untuk tahun 2026 karena penjualan anggur unggulannya, Penfolds, terkontraksi di Tiongkok.
Penurunan proyeksi produsen alkohol dari Australia tersebut dengan alasan perubahan kebiasaan minum alkohol dan berkurangnya acara perjamuan berskala besar di Tiongkok.
Senasib, produsen minuman beralkohol Prancis, Pernod Ricard mengatakan, penjualannyavdi Tiongkok anjlok 27 persen.
Reuters melansir, tekanan deflasi yang terus-menerus di Tiongkok mendukung argumen untuk langkah-langkah kebijakan lebih lanjut, karena permintaan yang lemah dan ketegangan perdagangan membebani ekonomi senilai $19 triliun.
Data pertumbuhan PDB dan penjualan ritel Tiongkok pada Senin, 13 Oktober 2025, ditambah serangkaian laporan laba rugi dari perusahaan-perusahaan global, akan memberikan investor wawasan lebih dalam tentang kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Tantangan yang semakin besar bagi merek-merek global semakin bertambah dengan pesatnya pertumbuhan alternatif produk dalam negeri yang lebih murah untuk hampir semua hal. Mulai dari mobil hingga kopi dan mode.