
Menurut Prabowo, salah satu kunci menuju swasembada energi terletak pada pengembangan teknologi energi surya yang memerlukan dukungan dari industri baterai nasional. Kepala Negara mengatakan bahwa proyek yang diresmikan hari ini merupakan fondasi penting bagi terwujudnya target tersebut.
“Hari ini tadi laporannya menghasilkan 15 gigawat. Kita butuh, kalau tidak salah para pakar laporan ke saya untuk benar-benar mandiri kita perlu mungkin 100 gigawat. Berarti mungkin proyek ini harus dilipatgandakan. Saya percaya bahwa kita mampu untuk melaksanakan itu,” katanya.
Prabowo juga menyoroti pentingnya kerja sama yang setara dan saling menguntungkan di tengah dunia yang tengah menghadapi ketegangan geopolitik. Ia mengapresiasi kemitraan Indonesia dan Tiongkok dalam proyek ini sebagai contoh kolaborasi damai yang membawa manfaat bersama.
“Kerja sama ini saya kira adalah sangat penting dan menguntungkan semua pihak di tengah dunia penuh konflik, kawasan kita penuh perdamaian. Dan tidak ada kemakmuran bisa kita capai tanpa perdamaian,” katanya.
Prabowo mengutarakan bahwa pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi merupakan langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Gagasan hilirisasi sendiri, menurut Prabowo, bukanlah hal baru, tetapi merupakan amanat panjang dari sejarah Indonesia.
“Cita-cita hilirisasi sudah sangat lama dari sebenarnya Presiden Republik Indonesia yang pertama dari Bung Karno sudah bercita-cita hilirisasi. Dan Presiden-Presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi,” kata Prabowo. (CB)