
Inflasi inti diprakirakan lebih rendah dari prakiraan seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang memadai, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi. Selain itu, inflasi VF diprakirakan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi BI dengan pemerintah pusat dan daerah.
Respon Kebijakan Moneter
BI terus mengoptimalkan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga. Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Mei 2025 dan operasi moneter BI, suku bunga INDONIA terus menurun menjadi 5,14 persen pada 15 Juli 2025 dari sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Mei sebesar 5,77 persen.
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun dari masing-masing sebesar 6,40 persen, 6,44 persen, dan 6,47 persen sebelum penurunan BI-Rate pada Mei 2025 menjadi 5,85 persen, 5,86 persen, dan 5,87 persen pada tanggal 11 Juli 2025. Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,13 persen menjadi 5,86 persen. Sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,71 persen menjadi 6,56 persen.
Namun demikian, BI mencatat suku bunga deposito 1 bulan meningkat, dari 4,81 persen pada Mei 2025 menjadi 4,85 persen pada Juni 2025, seiring dengan persaingan bank untuk memperoleh pendanaan. Suku bunga kredit perbankan juga masih tinggi, yaitu 9,16 persen pada Juni 2025, tidak jauh berbeda dari 9,18 persen pada Mei 2025.
Ke depan, Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Strategi Operasi Moneter Pro-Market
BI menyebutkan, hingga 14 Juli 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp782,62 triliun, menurun dari Rp923,53 triliun pada awal Januari 2025, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter. Sementara itu, posisi instrumen SVBI dan SUVBI pada periode yang sama tercatat masing-masing sebesar 3,53 miliar dolar AS dan 491 juta dolar AS. Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.
BI juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah. Selama tahun 2025 (hingga 15 Juli 2025), BI telah membeli SBN sebesar Rp144,90 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp102,58 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp42,32 triliun.
Ke depan, BI akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk menjaga kecukupan likuiditas dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Kredit Perbankan
Kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43 persen (yoy). Dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, di tengah DPK yang tumbuh meningkat menjadi 6,96 persen (yoy) pada Juni 2025. Perkembangan ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard).