
“Listrik dari nuklir ini bisa disiapkan untuk mendukung hilirisasi kegiatan pertambangan, sehingga bisa beroperasi nonstop 24 jam. Mulai dari kegiatan energi nuklir di sisi hulu dengan menghidupkan kembali perusahaan negara yang memproduksikan bahan bakar nuklir uranium dan thorium. Dilanjutkan dengan membangun PLTN di sisi hilir secara berkesinambungan,” terangnya.
PLTN, kata dia, dibangun hingga daerah-daerah penghasil tambang, dengan menggunakan teknologi lebih aman serta biaya produksi listrik (LCOE) yang kompetitif.
Menurutnya, skema teknologi reaktor nuklir bisa dibangun di pinggir pantai atau dengan teknik PLTN terapung. Sehingga hilirisasi tambang di mana pun lokasinya di tanah air bisa ditopang oleh listrik dari PLTN yang menyala 24 jam nonstop. Bahkan tanpa membutuhkan energy storage yang mahal seperti dibutuhkan oleh energi terbarukan dari matahari, angin, hidro, dan lain-lain.
“Listrik dari PLTN bisa langsung dialirkan ke jaringan transmisi kabel PLN, sehingga lebih efisien. Namun, untuk daerah-daerah tertentu, tentu listrik bersih dari energi terbarukan tetap kita butuhkan,” imbuhnya.