
Unit-unit pendukung lainnya, kata dia, juga telah siap, seperti pembangkit listrik (Gas Turbine Generator), penghasil steam (Boiler), sistem pendingin (Cooling Water System), jalur pipa minyak mentah dari Terminal Lawe-Lawe, hingga flare system, cerobong api yang berfungsi sebagai membakar gas buang untuk pengamanan proses operasional kilang.
“Baru-baru ini, KPI juga telah berhasil mengoperasikan unit baru Saturated LPG Treater. Unit ini berfungsi membersihkan LPG hasil proses kilang dari zat pengotor, terutama sulfur yang berbau dan bersifat korosif,” kata Taufik.
Proyek RDMP Balikpapan, masih menurut Taufik, ditargetkan meningkatkan produk LPG yang awalnya 48 ribu ton per tahun menjadi 384 ribu ton per tahun. Kenaikan sebesar 336 ribu ton per tahun ini berpotensi menurunkan impor LPG sekitar 4,9 persen.
Unit utama lain yang direncanakan akan beroperasi di Triwulan IV tahun ini adalah Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCC).
“Unit RFCC yang merupakan prioritas utama proyek RDMP Balikpapan ini akan menjadi salah satu simbol utama ketahanan energi nasional. Unit ini akan mampu mengubah residu menjadi produk bernilai tinggi dengan kapasitas 90 ribu barel per hari. Nantinya, unit RFCC ini akan menambah produk hasil pengilangan yaitu gasoline, LPG, dan bahan baku plastik propylene,” jelas Taufik.
Pada fase persiapan, Agustus 2025 lalu, telah dilakukan pemasukan (loading) catalyst ke dalam penampung (hopper) yang menjadi tahap penting sebelum unit RFCC dijalankan untuk pertama kalinya (initial start up).
Tujuan Proyek RDMP
Taufik menambahkan, proyek RDMP Balikpapan memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari semula 260 ribu barel per hari (kbpd) menjadi 360 kbpd. Kedua, meningkatkan kualitas produk dari standar setara Euro 2 menjadi standar Euro 5 yang lebih ramah lingkungan. Ketiga, meningkatkan kompleksitas kilang guna mendorong efisiensi operasional dan memperluas jangkauan produk.
“Kompleksitas kilang juga akan naik dari skala Nelson Complexity Index (NCI) 3,7 menjadi 8,0 yang mencerminkan kemampuan kilang mengolah minyak mentah dengan kualitas beragam menjadi produk bernilai tinggi,” ucapnya.
Selain memperkuat ketahanan energi nasional, proyek ini juga berkontribusi nyata dalam menggerakan perekonomian daerah dan nasional.
“Proyek ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah, serta memberikan multiplier effects yang luar biasa, mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru dan berbagai peluang usaha lainnya,” lanjutnya.
Taufik menyampaikan bahwa proyek RDMP ini juga memicu pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru di sekitar lokasi yang mendorong aktivitas perdagangan, jasa, dan industri penunjang.
“Dampak positifnya terlihat dari penyerapan hingga 24.000 tenaga kerja pada puncak konstruksi. UMKM, warung-warung makan, laundry, kendaraan pengantaran, rumah kontrakan semuanya kebanjiran rezeki,” ungkapnya.
Pada akhirnya, penyelesaian proyek ini diharapkan dapat memperkokoh ketahanan, kedaulatan, dan kemandirian energi nasional.
“Dengan dukungan penuh pemerintah, masyarakat, serta semua pemangku kepentingan, Proyek RDMP Balikpapan dan Lawe-Lawe akan menjadi tonggak penting dalam memperkuat kemandirian energi nasional, mengurangi ketergantungan impor produk, serta meningkatkan daya saing industri migas Indonesia di tingkat global,” pungkasnya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso menambahkan, program RDMP menjadi salah satu upaya Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat yang terus meningkat.
Pertamina, disampaikan Fadjar, mengajak semua pihak untuk bersinergi mencapai target ketahanan energi nasional, sehingga kemandirian energi dapat terwujud. (Rif)