
Jakarta,corebusiness.co.id-Pergantian jabatan Menteri Keuangan RI mendapat sorotan para analis dan ekonom luar negeri.
Ekonom asing mengungkapkan, pencopotan mendadak Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan, telah mengejutkan pasar, karena investor khawatir kredibilitas fiskal yang telah diperjuangkan dengan keras dapat terkikis oleh rencana belanja populis di bawah Presiden Prabowo Subianto.
Investor global memandang Sri Mulyani, salah satu menteri keuangan terlama di Indonesia dalam tiga periode berbeda, sebagai sosok krusial bagi taruhan mereka di Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Berita pemberhentian Sri Mulyani menyebabkan rupiah merosot lebih dari 1 persen pada Selasa, 9 September 2025, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi dalam upaya menstabilkan mata uang. Rupiah terakhir berada di level 16.488 per dolar AS, turun lebih dari 1 persen. Saham-saham di Bursa Efek Indonesia merosot 1,6 persen, penurunan satu hari terbesar sejak Juni 2025.
“Mulyani adalah pelindung kebijakan fiskal yang bijaksana,” kata Hasnain Malik, ahli strategi ekuitas dan geopolitik pasar berkembang di Tellimer, seperti dikutip Reuters.
Menurut Malik, kepergiannya Sri Mulyani akan memicu kekhawatiran akan pelebaran defisit di bawah kepemimpinan Prabowo yang tidak terkendali. Dan, setelah terjadinya aksi protes terhadap kebijakan pajak, kondisi ekonomi Indonesia di bawah tekanan.
Ia menilai, keputusan untuk mengganti Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa, seorang ekonom yang telah menjanjikan percepatan pertumbuhan, datang di saat yang sulit bagi Indonesia. Karena Indonesia sedang bergulat dengan protes dan kerusuhan yang meluas selama dua minggu.
Tuntutan untuk sistem perpajakan yang lebih adil telah mencuat di saat Prabowo menghadapi tantangan terbesar dalam masa kepresidenannya sejauh ini, sementara program unggulannya, yaitu program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan untuk menyediakan makanan bagi lebih dari 80 juta rakyat Indonesia, mengalami kesulitan di tahun pertamanya.
“Pertanyaan kunci bagi pasar adalah apakah Prabowo bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus,” kata Trinh Nguyen, ekonom senior untuk negara berkembang Asia di Natixis.
“Untuk membiayai program Makan Bergizi Gratis, Beliau (Mulyani) harus membuat keputusan sulit untuk memangkas pengeluaran secara agresif demi menjaga keberlanjutan fiskal,” ungkapnya.